
Inspiratif Ramlan Surbakti Dihadiahi Lifetime Achievement
Jakarta, kpu.go.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI memberikan penghargaan Lifetime Achievement kepada Ramlan Surbakti atas dedikasi luar biasanya dalam memajukan kepemiluan di Indonesia. Penghargaan yang diserahkan langsung Ketua KPU Arief Budiman, disaksikan Anggota KPU Wahyu Setiawan, Ilham Saputra, Viryan, Hasyim Asy'ari, Pramono Ubaid Tanthowi serta Evi Novida Ginting Manik juga sebagai bentuk apresiasi tinggi atas dedikasi tak kenal lelah yang ditunjukkan pria dengan gelar profesor tersebut dalam memajukan ilmu kepemiluan di Tanah Air. Pada kesempatan berbahagia itu Ramlan pun mendapat bingkisan berupa kain ulos dari Anggota Evi Novida Ginting, yang langsung mengalungkannya. Siapa Ramlan Surbakti? Pria kelahiran Tanjung Merawa, Kabupaten Karo Sumatera Utara sejak 1998 adalah sosok yang tak pernah absen dalam setiap penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Mengawali karir kepemiluannya sebagai salah satu penyusun Undang-undang (UU) pemilu pasca reformasi, Ramlan pun berhasil menjejakkan kakinya sebagai Ketua KPU 2004-2007. Selepas duduk sebagai orang nomor satu di Imam Bonjol 29, Ramlan tetap menggeluti dunia kepemiluan namun lebih banyak terlibat dikegiatan kemasyarakatan, dikampus dengan memperjuangkan tata kelola pemilu. Dia lah yang mendorong agar tata kelola pemilu masuk sebagai bidang serapan di perkuliahan. Ditemui saat menerima penghargaan, pria penyuka film Bolywood singkat menjawab ketekunannya didunia kepemiluan sebenarnya hobi yang dianggapnya selalu menyenangkan. "Mengutip ucapan seorang filsuf, maka ketika anda mengerjakan apa yang anda sukai, sebenarnya anda tidak bekerja," kata Ramlan, di Jakarta, Sabtu (17/11/2018). Di usianya yang kini genap 67 tahun, Ramlan pun mengaku masih memiliki ambisi agar jurusan tata kelola pemilu ini banyak dibuka oleh universitas agar menghasilkan penyelenggara pemilu yang andal. Dia pun menyebut bahwa ada kesamaan antara tata kelola pemilu dengan ilmu kedokteran, dimana di tata kelola pemilu juga dikenal adanya malpraktek pemilu sebagai tanda akan adanya penyimpangan demokrasi. "Dan saya tahu anda (penyelenggara pemilu) punya pengalaman menjalankannya tapi secara teori belum," tambah dia. “Boleh saya beri satu pesan sebenarnya, mungkin sebagian anda pernah dengar ungkapan yang saya berikan, Sekretariat Jenderal KPU atau KPU pada umumnya jangan bekerja seperti Srimulat. Saya tidak mengkritik Srimulat, saya malah lebih suka nonton Srimulat daripada Mr Bean. Tapi untuk pemilu itu tidak bisa pakai improvisasi. Anda tahu Srimulat itu kan pemain-pemainnya jenius, pak Teguh (Ketua Srimulat) hanya membuat garis besar cerita, tapi masing-masing pemain kemudian improvisasi tampil sehingga lucu, itu bagus untuk pemilih, tapi untuk pemilu tidak boleh pakai gaya Srimulat, harus. Saya lihat diluar, saya masuk banyak sekali skema, saya kira itu bagus untuk disampaikan ke pemilih. Dan saran saya, walau ini belum terlambat, harus ada petunjuk konkret, jelas apa yang harus dilakukan KPPS, PPS dan PPK,” pungkas dia.(hupmas kpu dianR/foto: Ook/ed diR)