
Reputasi Dibangun dengan Komunikasi, Interaksi dan Konsistensi
Jakarta, kpu.go.id – Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu membawa brand dengan pencantuman logo pancasila. Sebagai brand dengan logo suci, maka sudah menjadi tugas KPU menjaga brand tersebut agar tidak menjadi bahan olok-olokan, tetapi lebih dihargai. Untuk itu KPU perlu menjaga reputasi dan citra yang positif di masyarakat.
Ada
tiga hal yang bisa mendukung reputasi, yaitu komunikasi, interaksi, dan
konsistensi. Semua itu tugas Humas di KPU untuk membangun komunikasi yang baik,
interaksi dengan konten yang tepat, misalnya konten yang berbeda bagi milenial
dan pedesaan, kemudian konsistensi sebagai orang KPU di depan publik.
Hal
tersebut disampaikan pakar komunikasi Louisa Tuhatu dihadapan para peserta
Rapat Koordinasi (Rakor) Kehumasan dari 34 KPU Provinsi seluruh Indonesia, Sabtu
(1/12) di Jakarta.
“Reputasi
dan citra itu tidak dibangun semalam, tapi membutuhkan waktu lama. Disitu peran
humas dalam membuat reputasi dan citra yang positif bagi masyarakat,” tutur Louisa
yang juga menjabat General Manager of
FleishmanHillard’s Jakarta.
Louisa
mencontohkan Coca Cola membangun brandnya, mereka membutuhkan iklan dan
engagement yang dibangun bertahun-tahun. Saat ini mereka juga menggunakan brand
share happiness atau berbagi
kebahagiaan dengan pesan anggapan minum Coca Cola itu bisa membuat bahagia.
Senada
dengan Louisa, pada kesempatan yang sama News
Anchor salah satu TV swasta nasional Rory Asyari juga menekankan pentingnya
interaksi dengan audiens secara relevan dan menarik. Berbicara dengan audiens
itu harus dengan materi presentasi yang menarik dan bahasa gambar atau video.
Presentasi yang terlalu teknis, problematis, dan banyak tulisan kaan membuat
mengantuk karena membosankan.
“Show yang menarik itu butuh persiapan
dan eksekusi. Persiapan itu menentukan 70-80 persen hasil presentasi, untuk itu
perlu persiapan yang matang dan maksimal. Dimulai dengan buat pointer, gunakan
power point untuk presentasi dengan gambar dan video menarik, serta gunakan
bahasa yang simpel dan mudah dipahami,” jelas Rory.
Penting
juga mengenali audiens dengan body
language yang mendukung presentasi, tambah Rory. Penting juga dengan share pengalaman pribadi, dengan cerita
yang nyambung, kemudian closing yang harus kuat dan membuat audiens merasa bisa
membawa pulang sesuatu dari hasil presentasi. (Hupmas KPU Arf/Foto Ieam)